Gambar Ilustrasi
BaitulMaqdis.com – Kita sering mendengar cerita bahwa Hawa diciptakan
dari tulang rusuk Adam. Sehingga sering ada ungkapan yang mengatakan
wanita tercipta dari tulang rusuk, agar dekat dengan hati dan sering
didampingi, diingatkan dan diperhatikan. Begitu juga, hampir semua
kitab-kitab tafsir menyebutkan kisah penciptaan Hawa dan menjadi dasar
ulama tafsir ketika menjelaskan maksud ayat pertama Qs. al-Nisa’.
(Silakan lihat Tafsir at-Tabari, Tafsir al-Baidhawi, al-Kahzin dan
lain-lain)
Allah berfirman :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” ( Qs. An-Nisa : 1 )
Namun faktanya, tidak ada satupun ayat al-Quran dan Hadits Rasulullah
s.a.w. yang dengan jelas dan tegas menyebutkan penciptaan Hawa.
Al-Quran tidak menyebutkan Hawa dicipta dari Adam tetapi manusia itu
dicipta dari jiwa yang satu. Apa yang disebutkan di dalam al-Quran ialah
manusia itu diciptakan dari jenis yang sama dengannya juga. Yaitu
sama-sama manusia. Yang terjadi perbedaan penafsiran oleh para ulama
adalah dalam mengartikan kata ‘Min’ yang artinya ‘dari’. Insyallah akan
dijelaskan diakhir tulisan ini.
Abu A`la al-Mawdudi menulis komentar bagi ayat pertama Qs. al-Nisa’ ini:
“Umumnya para pentafsir al-Quran menyebutkan Hawa diciptakan dari
tulang rusuk Adam dan Bible juga menyebutkan perkara yang sama. Kitab
Talmud juga menambahkan bahwa Hawa diciptakan dari tulung rusuk Adam
yang ketiga belas. Tetapi al-Quran tidak menyentuh langsung perkara ini
dan hadits-hadits yang dipetik untuk menguatkan pandangan ini mempunyai
makna yang berbeda dari yang biasa difahami. Oleh karena itu, sikap
terbaik ialah membiarkan perkara yang tidak dijelaskan secara tegas dan
memahami separti yang terdapat dalam al-Quran dan tanpa mengira-ngira
maksudnya tanpa bukti yang jelas.” ( The Meaning of The Quran, jil. 2 hal. 94)
Masih menurut beliau :
“Bahwa haditst-haditst Nabi tidak ada yang
secara tegas mengatakan bahwa wanita diciptakan dari tulung rusuk”.
Sikap kita tidak perlu merasa terbebani dengan perkara yang tidak Allah
dan Rasul-Nya jelaskan secara detail. Separti contoh, saat Allah
menyebutkan kisah tentang Kapal Nabi Nuh, kita tidak diperintahkan untuk
mengukur berapa lebar, luas dan panjang kapal itu. Berapakah kapasitas
muatannya. Dari bahan kayu apa kapal itu dibuat. Ini bukan tujuan
diturunkannya Al-Qur’an. Artinya, bahwa Al-Qur’an bukanlah buku sejarah
atau sains. Tapi lebih dari itu, Al-Qur’an adalah kitab panduan hidup
manusia agar selamat di Dunia dan Akherat.
Bagaimana Memahami Hadits dan Ayat Tentang penciptaan Perempuan dari Tulang Rusuk.
Memahami konteks hadits atau ayat dengan keliru seperti :
1. Berpegang Dengan Riwayat Israiliyyat
Di dalam kitab Sifr al-Takwin disebutkan bahwa: “Hawa diciptakan dari
tulang rusuk kiri Nabi Adam ketika baginda sedang tidur. (Tafsir
al-Manar, jil. 4, hal. 268.)
Disebabkan ada riwayat dalam kitab-kitab yang dahulu, para ahli
tafsir terus menganggap itu sebagai penguat atau pentafsiran kepada
al-Quran. Bagaimana mungkin ayat al-Quran ditafsirkan dengan riwayat
Israiliyyat padahal penurunan kitab-kitab nabi terdahulu muncul sebelum
Al-Qur’an diturunkan. Harusnya, kitab yang turun kemudianlah yang
menjelaskan kitab-kitab yang terdahulu.
Hadits berkenaan perkara ini mempunyai beberapa versi. Antaranya ialah;
1. Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
2. Perempuan separti tulang rusuk.
3. Perempuan adalah tulang rusuk.
2. Mengkhususkan Keumuman Hadits Tanpa dalil Yang Jelas
Antara kekhilafan dan kekeliruan ialah mengkhususkan lafaz hadits
yang menyebut perempuan kepada Hawa. Hadits-hadits yang diriwayatkan
dari Rasulullah s.a.w. semuanya dengan jelas menyatakan perempuan dalam
bentuk tunggal atau jamak dan tidak ada yang menyebutkan Hawa secara
khusus. Lebih jelasnya, para ahli tafsir menyangka wanita dalam hadits
tersebut adalah Hawa tanpa berdasarkan kepada nas yang lain yang
menentukan makna yang dikehendaki oleh Rasulullah s.a.w. itu.
3. Kesalahan Memahami Kata ‘Min’ من Dalam Bahasa Arab.
Walaupun perkataan min itu memberi arti “dari”, dan “sebagian”, kata
min juga mempunyai makna lain separti “untuk menyatakan sebab” dan
“menyatakan jenis sesuatu perkara”. Oleh itu, pemakaian huruf ini dalam
bahasa Arab adalah luas dan tidak semestinya terikat dengan satu makna
saja. (lihat, Ibnu Hisyam, Mughni al-Labib, jil. 1, hal. 319)
Abu Muslim al-Asfahani mengatakan, maksud menciptakan darinya
pasangannya ialah menciptakannya dari jenisnya. (lihat Hasyiah Zadah
`Ala al-Baidhawi) Ini separti ayat-ayat al-Quran berikut:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan
rahmatNya, bahwa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki),
istri-istri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan
hidup mesra dengannya dan dijadikanNya di antara kamu (suami istri)
perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu
mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi
orang-orang yang berfikir. (Qs. Ar-Rum: 21)
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا
يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi; Dia menjadikan bagi
kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri dan menjadikan dari jenis
binatang-binatang ternak pasangan-pasangan (bagi bintang-binatang itu);
dengan jalan yang demikian dikembangkanNya (zuriat keturunan) kamu
semua. Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, sifat-sifatNya
dan pentadbiranNya) dan Dialah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat. (Qs. Asy-Syura: 11)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً
وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
“Dan Allah telah menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari
jenis kamu sendiri dan menjadikan bagi kamu dari pasangan-pasangan kamu
anak-anak dan cucu dan memberikan rezki kepada kamu dari benda-benda
yang baik. (Qs. al-Nahl: 72)
Ayat-ayat ini tidak boleh difahami sebagai istri-istri kita itu
diciptakan dari diri atau jasad kita tetapi mestilah difahami sebagai
“mereka itu dari jenis yang sama dengan kita”.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang rasul dari jenis
kamu, yang amat berat baginya kesusahan kamu, sangat berharap akan
keimanan kamu dan sangat kasih serta menyayangi kepada orang-orang yang
beriman. (Qs. al-Taubah:128)
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ
آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ
كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Allah s.w.t. telah memberikan kurniaan yang besar
kepada orang-orang yang beriman ketika Dia mengutuskan seorang rasul
kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan Kitab dan
Hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu berada di dalam kesesatan yang
nyata.” (Qs. Ali Imran: 164.)
Kedua ayat ini dengan jelas menyebutkan Rasulullah s.a.w. yang diutus
kepada kita adalah dari kalangan manusia yang sama separti kita bukan
dari kalangan makhluk yang lain separti malaikat. Atau ada yang memaknai
dari kalangan quraisy.
Dengan itu, hadits ini ditafsirkan sebagai sifat dan perasaan perempuan itu dari jenis yang mudah bengkok.
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال: (من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره واستوصوا بالنساء
خيرا، فإنهن خلقن من ضلع، وإن أعوج شيء في الضلع أعلاه، فإن ذهبت تقيمه
كسرته، وأن تركته لم يزل أعوج، فاستوصوا بالنساء خيرا
“… Saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.
Pasalnya, mereka tercipta dari tulang rusuk. Yang paling bengkok dari
tulang rusuk itu adalah yang paling atas. Jika berusaha meluruskannya,
engkau akan membuatnya patah. Dan jika dibiarkan, ia akan terus bengkok.
Karena itu, saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada
wanita.” (HR. Bukhori no: 4890)
عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: المرأة كالضلع، إن أقمتها كسرتها.
Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin meluruskannya, sama halnya kamu akan mematahkannya. (HR. Bukhori: 4889).
Hadits ini telah dikemukakan oleh Imam Bukhori di dalam kitab
An-Nikah bab berlembut dengan wanita. Tujuan Imam Bukhori mengemukakan
hadits ini ialah untuk menyatakan sifat alami wanita bukannya proses
penciptaan mereka. Apakah tubuh atau jasad wanita akan mudah patah
apabila dikasari oleh orang lain? Tentu sekali tidak.
Dan dalam riwayat Imam Muslim dan isi yang sama :
عن أبي هريرة. قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن المرأة كالضلع. إذا ذهبت تقيمها كسرتها.
Sesungguhnya perempuan itu separti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. (HR. Muslim no: 1468.)
Hadits ini lebih jelas lagi menyatakan sifat perempuan itu separti
tulang rusuk bukan diciptakan dari tulang rusuk. Penggunakan huruf kaf
“ك” ini adalah untuk menyerupakan antara perempuan dan tulang rusuk.
Kecenderungan Imam Bukhori ketika membuat Tarjamatul Bab di dalam Sahihnya, yaitu:
باب: المداراة مع النساء، وقول النبي صلى الله عليه وسلم: (إنما المرأة كالضلع(
Bab berlembut dengan wanita dan Sabda Nabi s.a.w.: Sebenarnya perempuan itu separti tulang rusuk.
Dengan membuat judul itu, sepertinya Imam Bukhori tidaklah
berpendapat bahwa Hawa itu dijadikan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Begitu juga di dalam al-Adab al-Mufrad, Imam Bukhori mengemukakan riwayat:
إن المرأة ضلع , وإنك إن تريد أن تقيمها تكسرها
“Sesungguhnya perempuan itu tulang rusuk. Jika kamu mahu untuk meluruskannya maka kamu akan mematahkannya”. (al-Adab al-Mufrad, no: 747)
Apakah hadits ini menyatakan hakikat perempuan itu sebenarnya tulang
rusuk? Tentu tidak. Hadits ini merupakan satu bentuk tasybih atau
perumpamaan yang terkandung nilai balaghah atau retorik yang tinggi.
Dalil Yang Menguatkan Pendapat Ini
Berikut kalimat ‘min’ dalam hadits yang tidak dimaknai dengan ‘terbuat dari’ atau ‘sebagian dari’ :
عن أبي قلابة، عن أنس رضي الله عنه: أن
النبي صلى الله عليه وسلم كان في سفر، وكان غلام يحدو بهن يقال له أنجشة،
فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (رويدك يا أنجشة سوقك بالقوارير). قال أبو
قلابة: يعني النساء
Dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah s.a.w.
berada
dalam satu perjalanan. Ada seorang budak yang dikenal dengan Anjisyah
(penuntun unta yang ditunggangi oleh wanita). Lalu Rasulullah s.a.w.
bersabda: Wahai Anjisyah! Pelankanlah kerana yang kamu tarik itu ialah
botol-botol kaca. Perawi, Abu Qilabah, berkata: Maksudnya ialah
wanita-wanita. (HR. Bukhori no: 5857.)
Rasulullah s.a.w. menggambarkan wanita sebagai golongan yang
berkarakter lembut dan cukup sensitif. Baginda menyebutkan wanita
separti botol-botol kaca yang mudah pecah jika tidak dijaga dan diberi
perhatian.
Kesimpulan
Hadits ini perlu difahami secara balaghah yaitu berdasarkan retorika
bahasa Arab. Rasulullah s.a.w. menyampaikan pesanan ini dalam bentuk
tasybih (perumpamaan) supaya maksud pesanan difahami lebih mendalam.
Rasulullah s.a.w. membuat perumpamaan wanita separti tulang rusuk bukan
bermaksud untuk merendahkan kedudukan mereka tetapi sebagai peringatan
kepada kaum lelaki supaya memberi perhatian kepada mereka, melayani
mereka dengan baik, mendidik dan menjaga hati mereka. Sama separti
lelaki, wanita sama-sama berperan untuk menegakkan agama dan membangun
kehidupan yang lebih baik.
Dengan pemahaman yang benar tentang hadits-hadits ini maka tertolaklah anggapan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk!
Walaupun demikian, tidak baik pula, jika kita menyalahkan pendapat
para ulama seperti Imam Nawawi, Tokoh Ahli Tafsir Imam Qotadah, dan
lainnya yang berpendapat bahwa Hawa itu diciptakan dari tulang rusuk
Adam. Wallahu A’lam. Allahuma Arinal Haqqo Haqqo Warzuqnat Tibaa’ah…
dst. (Alquin/BaitulMaqdis.com)